“Hey!
Ngelamun aja lo, Din” Devi menepuk pundakku dari belakang, kemudian duduk di
depanku. “Pasti lagi dengerin suaranya Nanda ya?” Aku langusung menutup mulut
Devi.
“Apasih
Dev. Kalo ada yang denger gimana?” Nanda adalah kakak kelasku di sekolah. Sekarang
ia kelas 12. Aku menyukainya sejak awal. Maksudku, aku suka dengan suaranya
yang merdu dan membuat pendengarnya meleleh.
“Kenapa
lo ga ngaku aja kalo lo yang sering ask dia di askfm pake nama Puput itu?” iya,
sejak aku mendengar suaranya aku menjadi penggemar rahasianya Nanda. Mulai dari
stalk personal akunnya, mendownload semua lagu yang dia upload ke Soundcloud,
hingga membuat akun palsu agar bisa menanyainya lewat askfm. Pertanyaan tidak
penting sebenarnya, tapi semua informasi tentang dia sangatlah penting buatku.
“Kalo
dia tau gue, terus dia ilfil sama gue gimana?”
“Seenggaknya
lo udah ngaku, Din”
“Tunggu
dia lulus deh, baru gue ngaku hehe,”
“Terserah
lo deh,”
***
Hari
ini adalah pensi sekolah. Sungguh, aku tidak semangat untuk datang. Tapi Devi
terus memaksaku datang agar bisa memotret pujaan hatinya yang bakal perform di
pensi nanti.
“Dinda!
Kudu dateng yaa, tolong fotoin Sammy nanti. Gue jemput deh kalo lo mager,
gimana?” rayunya dari seberang sana saat 1 jam lagi pensi akan di mulai.
“Males
Dev. Lagian lo bisa minta tolong Dimas buat fotoin Sammy kan? Kenapa harus gue?”
“Soalnya
Nanda juga bakal perform nanti! Jadi lo kudu liat! 15 menit lagi gue jemput,”
Aku langsung mengambil handuk
kemudian mandi. Rasanya semangat sekali melihat Nanda nyanyi secara live.
Setelah mandi, aku memilih baju dan berdandan seadanya. Aku mengambil
handphoneku dan membuka askfm kemudian membuka profil Nanda.
Good luck for your performance on pensi.
Send.
Tak lama, Devi sudah memanggilku
dari depan rumah. Suaranya yang sangat khas sangat mudah di kenali. Aku langsung
menuju keluar rumah.
“Cantik
amat mbak yang mau liat idolanya perform,” goda Devi.
“Apasih
Dev, yaudah yuk berangkat,” aku langsung mengenakan helmku.
“Tadi
mah males-malesan hahaha,” aku langsung memukul lengan Devi. “Udah jalan aja
Dev,”
***
` Setelah
bandnya Sammy, Devi menghilang. Padahal seingatku ia berada di sebelahku
teriak-teriak memanggil nama Sammy. Aku mencoba keluar dari kerumunan
orang-orang yang memadati depan panggung untuk membeli minuman yang di jual di
salah satu stand di bazar.
“Orange
juice 1 ya mbak,” kataku.
“Ice
coffee latte 1 mbak,” kata seseorang di sebelahku. Aku sangat mengenali
suaranya. Suara yang aku dengarkan setiap hari dan membuatku tersenyum. Aku menoleh
ke sumber suara. Nanda! Ia berdiri di sebelahku. Aku kemudian memalingkan
wajahku.
“Ini
orange juicenya,” aku mengambil minumanku dan kemudian pergi. Jantungku masih
berdegup sangat kencang. Aku berjalan sangat cepat sambil mencari Devi. Terlalu
banyak manusia disini. “Dinda! Di cariin Devi tuh tadi,” kata Dimas saat aku
berpapasan dengannya.
“Dia
sekarang dimana?” tanyaku.
“Gatau
deh, tadi dia ke arah bazar makanan situ deh. Eh itu dia!” Dimas langsung
menunjuk ke arah Devi yang memegang handphonenya. “Thanks Dim!” kataku kemudian
menghampiri Devi.
“Devi!
Kemana aja lo?” tanyaku saat sudah bertemu Devi.
“Tadi
abis ke backstage hehe maaf yaa. Eh bentar lagi Nanda perform tuh, buruan gih
ke depan,” Devi mendorongku melewati kerumunan manusia yang memadati depan
panggung.
“Dev,
gue mau ngo…..”
“Aduh
Din, nanti dulu aja deh,” ia terus mendorongku hingga aku tepat berada di baris
pertama. Nanda menaiki panggung dengan membawa gitarnya. Kemudian ia mencari
posisi yang nyaman. Ia memetikkan senar gitarnya, menyanyikan lagu Dia milik
Maliq & D’ Essentials. Aku memotretnya dari sejak awal dia naik panggung. Ia
hanya menyanyikan 1 lagu saja. Saat ia sudah turun dari panggung, aku masih
diam mematung di depan panggung.
“Din,
beli minum yuk,” ajak Devi, ia menggeretku keluar dari kerumunan.
“Dev,
gue tunggu disini aja ya, males masuk nih,” kataku.
“Oke,”
Devi meninggalkanku. Aku duduk di depan pintu masuk bazar yang telah di
sediakan. Aku melihat beberapa foto Nanda yang berhasil aku ambil tadi.
“Foto
lo bagus,” seseorang tiba-tiba berbicara dari belakangku, itu suaranya Nanda. Aku
menoleh. Benar! Itu Nanda! Jantungku berdegup sangat kencang.
“Boleh
gue duduk sini?” tanyanya. Aku hanya mengangguk. Aku tidak bisa berkata
apa-apa. Mulutku terasa seperti terkunci rapat.
“Terimakasih
ya supportnya lewat askfm tadi,” aku terkejut. “Gue tau, lo yang pake nama
Puput itu,” lanjutnya. Aku menelan ludah.
“Eng…gimana
bisa tau?” aku sangat takut kali ini.
“Panjang
ceritanya, kapan-kapan gue kasih tau deh. Anyway, boleh minta fotonya ga?”
“Boleh
kok hehe, nanti gue kirim lewat Line lo aja ya hehe,”
“Okay,
ID gue udah ada di bio askfm kok. Yaudah, gue tinggal dulu ya. Thanks Din!”
Nanda kemudian pergi meninggalkanku. Aku masih penasaran bagaimana dia bisa tau
bahwa aku adalah Puput yang sering menyemangatinya lewat askfm? Ah entahlah. Yang
jelas kali ini aku sangat senang. Perjuangan menjadi penggemar rahasiaku sudah
berakhir. Rasanya lega ia sudah tahu tanpa aku mengakuinya.
No comments:
Post a Comment