Tuesday, December 16, 2014

Secret Admirer

                “Hey! Ngelamun aja lo, Din” Devi menepuk pundakku dari belakang, kemudian duduk di depanku. “Pasti lagi dengerin suaranya Nanda ya?” Aku langusung menutup mulut Devi.
                “Apasih Dev. Kalo ada yang denger gimana?” Nanda adalah kakak kelasku di sekolah. Sekarang ia kelas 12. Aku menyukainya sejak awal. Maksudku, aku suka dengan suaranya yang merdu dan membuat pendengarnya meleleh.
                “Kenapa lo ga ngaku aja kalo lo yang sering ask dia di askfm pake nama Puput itu?” iya, sejak aku mendengar suaranya aku menjadi penggemar rahasianya Nanda. Mulai dari stalk personal akunnya, mendownload semua lagu yang dia upload ke Soundcloud, hingga membuat akun palsu agar bisa menanyainya lewat askfm. Pertanyaan tidak penting sebenarnya, tapi semua informasi tentang dia sangatlah penting buatku.
                “Kalo dia tau gue, terus dia ilfil sama gue gimana?”
                “Seenggaknya lo udah ngaku, Din”
                “Tunggu dia lulus deh, baru gue ngaku hehe,”
                “Terserah lo deh,”
***
                Hari ini adalah pensi sekolah. Sungguh, aku tidak semangat untuk datang. Tapi Devi terus memaksaku datang agar bisa memotret pujaan hatinya yang bakal perform di pensi nanti.
                “Dinda! Kudu dateng yaa, tolong fotoin Sammy nanti. Gue jemput deh kalo lo mager, gimana?” rayunya dari seberang sana saat 1 jam lagi pensi akan di mulai.
                “Males Dev. Lagian lo bisa minta tolong Dimas buat fotoin Sammy kan? Kenapa harus gue?”
                “Soalnya Nanda juga bakal perform nanti! Jadi lo kudu liat! 15 menit lagi gue jemput,”
Aku langsung mengambil handuk kemudian mandi. Rasanya semangat sekali melihat Nanda nyanyi secara live. Setelah mandi, aku memilih baju dan berdandan seadanya. Aku mengambil handphoneku dan membuka askfm kemudian membuka profil Nanda.
Good luck for your performance on pensi.
Send.
Tak lama, Devi sudah memanggilku dari depan rumah. Suaranya yang sangat khas sangat mudah di kenali. Aku langsung menuju keluar rumah.
                “Cantik amat mbak yang mau liat idolanya perform,” goda Devi.
                “Apasih Dev, yaudah yuk berangkat,” aku langsung mengenakan helmku.
                “Tadi mah males-malesan hahaha,” aku langsung memukul lengan Devi. “Udah jalan aja Dev,”
***
`               Setelah bandnya Sammy, Devi menghilang. Padahal seingatku ia berada di sebelahku teriak-teriak memanggil nama Sammy. Aku mencoba keluar dari kerumunan orang-orang yang memadati depan panggung untuk membeli minuman yang di jual di salah satu stand di bazar.
                “Orange juice 1 ya mbak,” kataku.
                “Ice coffee latte 1 mbak,” kata seseorang di sebelahku. Aku sangat mengenali suaranya. Suara yang aku dengarkan setiap hari dan membuatku tersenyum. Aku menoleh ke sumber suara. Nanda! Ia berdiri di sebelahku. Aku kemudian memalingkan wajahku.
                “Ini orange juicenya,” aku mengambil minumanku dan kemudian pergi. Jantungku masih berdegup sangat kencang. Aku berjalan sangat cepat sambil mencari Devi. Terlalu banyak manusia disini. “Dinda! Di cariin Devi tuh tadi,” kata Dimas saat aku berpapasan dengannya.
                “Dia sekarang dimana?” tanyaku.
                “Gatau deh, tadi dia ke arah bazar makanan situ deh. Eh itu dia!” Dimas langsung menunjuk ke arah Devi yang memegang handphonenya. “Thanks Dim!” kataku kemudian menghampiri Devi.
                “Devi! Kemana aja lo?” tanyaku saat sudah bertemu Devi.
                “Tadi abis ke backstage hehe maaf yaa. Eh bentar lagi Nanda perform tuh, buruan gih ke depan,” Devi mendorongku melewati kerumunan manusia yang memadati depan panggung.
                “Dev, gue mau ngo…..”
                “Aduh Din, nanti dulu aja deh,” ia terus mendorongku hingga aku tepat berada di baris pertama. Nanda menaiki panggung dengan membawa gitarnya. Kemudian ia mencari posisi yang nyaman. Ia memetikkan senar gitarnya, menyanyikan lagu Dia milik Maliq & D’ Essentials. Aku memotretnya dari sejak awal dia naik panggung. Ia hanya menyanyikan 1 lagu saja. Saat ia sudah turun dari panggung, aku masih diam mematung di depan panggung.
                “Din, beli minum yuk,” ajak Devi, ia menggeretku keluar dari kerumunan.
                “Dev, gue tunggu disini aja ya, males masuk nih,” kataku.
                “Oke,” Devi meninggalkanku. Aku duduk di depan pintu masuk bazar yang telah di sediakan. Aku melihat beberapa foto Nanda yang berhasil aku ambil tadi.
                “Foto lo bagus,” seseorang tiba-tiba berbicara dari belakangku, itu suaranya Nanda. Aku menoleh. Benar! Itu Nanda! Jantungku berdegup sangat kencang.
                “Boleh gue duduk sini?” tanyanya. Aku hanya mengangguk. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Mulutku terasa seperti terkunci rapat.
                “Terimakasih ya supportnya lewat askfm tadi,” aku terkejut. “Gue tau, lo yang pake nama Puput itu,” lanjutnya. Aku menelan ludah.
                “Eng…gimana bisa tau?” aku sangat takut kali ini.
                “Panjang ceritanya, kapan-kapan gue kasih tau deh. Anyway, boleh minta fotonya ga?”
                “Boleh kok hehe, nanti gue kirim lewat Line lo aja ya hehe,”
                “Okay, ID gue udah ada di bio askfm kok. Yaudah, gue tinggal dulu ya. Thanks Din!” Nanda kemudian pergi meninggalkanku. Aku masih penasaran bagaimana dia bisa tau bahwa aku adalah Puput yang sering menyemangatinya lewat askfm? Ah entahlah. Yang jelas kali ini aku sangat senang. Perjuangan menjadi penggemar rahasiaku sudah berakhir. Rasanya lega ia sudah tahu tanpa aku mengakuinya.


No comments: