“Halo?” sapanya di seberang sana.
Aku masih terdiam. Banyak hal yang ingin ku katakan, tapi mulutku masih menutup
rapat.
“Kei? Are you okay?” dia bertanya lagi. Air mataku menetes.
Dia mendengar tangisanku, “don’t cry. Tell me, what happened?”
“I’m
tired, of everything,” akhirnya mulutku terbuka.
“What
you want?” ia bertanya lagi.
“You.
I need you here, Dam,” aku terisak. Aku tidak mendengar apa yang ia katakan
padaku diseberang sana.
“I’ll
be there on Friday. Okay? I promise,” Adam meyakinkanku.
Kami sudah
berpisah selama hampir 9 bulan, tapi hubungan kami masih baik. Alasan kami
berpisah pada waktu itu adalah, ia akan fokus dengan ujian akhirnya. Memang,
itu alasan terlalu basi.
Sekarang, ia kuliah di salah satu kampus
ternama di Bandung. Namun kami masih berhubungan baik. Sebagai adik-kakak.
***
Kami sudah duduk di meja dekat
jendela di salah satu café selama setengah jam. Aku sudah menceritakan banyak
hal.
“I’m
feeling empty, Dam. Feel nothing,”
kataku melanjutkan. Aku sama sekali tidak menangis di hadapannya. Sejak dulu,
aku memang tidak pernah menangis di depannya.
“Kei, I wanna tell you something,” aku menatap Adam. Matanya yang tajam
dan senyumnya yang tegas selalu berhasil membuatku jatuh cinta lagi padanya.
“Apa?” tanyaku, masih menatapnya.
“Can
we back?” katanya. Aku menatapnya lebih dalam lagi. Melihat apakah ada
kebohongan di dalamnya.
“Aku serius, Kei,” Adam melanjutkan
kata-katanya. Mungkin ia tau apa pertanyaan dalam pikiranku.
“Long
distance relationship?” aku bertanya. Aku selalu ragu dengan hubungan jarak
jauh.
“I’ll
trust you, please trust me. I love you and I’ll never leave you alone,”
Adam terus meyakinkanku.
“But
you’ll leave me. Kamu engga bakal
ada di samping aku terus, Dam. Kita bakal LDR,” jelasku.
“Tapi aku bakal ada waktu kamu butuh
aku, Kei. Waktu kamu down, waktu kamu
stress, waktu kamu capek, aku bakal ada buat kamu kapanpun kamu butuh aku,” Adam
masih berusaha meyakinkanku. Aku yang masih menyimpan perasaan kepada Adam
masih terus berfikir.
“Dam, we can back. I still love you 'till now even when we broke up,” aku menatap Adam lalu tersenyum. Adam juga
menatapku dengan tatapan yang selama ini aku rindukan saat ia jauh. Dan kami
kembali.
No comments:
Post a Comment