“Dhis
pulang yuk. Bosen ah disekolah kerjaannya nonton mulu,” ajak Bella.
“Yakan
unas udah kelar, mau ngapain lagi? Gue ga pulang, mau ke toko buku dulu,”
kataku.
“Yasudah,
gue balik duluan ya guys,” pamit Bella pada seluruh anak-anak dikelas. Aku, Nia, Dhifa dan Ajeng melanjutkan
menonton film yang sudah separuh berjalan.
“Gak
ngebayangin deh LDR Indonesia-Australia. Kangennya itu lho….duh kasian ya,”
celoteh Ajeng. Mendengar itu aku
tersenyum. Seketika ingatanku kembali pada waktu tanggal 26 Desember. Pada
waktu aku dan dia, Noval, memulai hubungan jarak jauh. Jogja dan Jakarta.
Memang
itu bukan jarak yang terlalu jauh. Tapi siapa yang kuat dengan rasa kangen yang
terus memukuli hati karena tidak bisa bertemu dalam waktu yang cukup lama? Mungkin
ada, namun tidak dengan aku. Rasa kangen yang terus menerus datang tidak dapat
aku tolak.
Bukan
hanya rasa kangen yang terus menyiksa. Rasa cemburu juga datang. Cemburu dengan
teman-teman lawan jenisnya yang bisa melihat dia setiap hari di sekolah. Iya,
aku tipe orang yang amat sangat pencemburu. Aku juga tipe orang yang suka
khawatir. Jika dia tidak mengabariku atau mengucapkan ‘selamat pagi’ aku
langsung cemas dan aku memberanikan diri untuk mengirimkan pesan duluan. Kadang
aku tidak berani karena takut mengganggu tidurnya. Aku dan Noval sudah tidak
kuat dengan jarak yang memisahkan kami berdua. Pada akhirnya, tepat tanggal 3
Maret kami memutuskan mengakhiri hubungan jarak jauh ini.
Film
yang aku dan teman-temanku putar sudah selesai. Kami memutuskan untuk pulang. Nia
dan Dhifa memutuskan untuk pulang duluan. Sedangkan aku dan Ajeng menunggu
jemputan kami. Sungguh, aku tidak suka momen ini. Tak lama jemputanku sudah
datang “Gue balik dulu ya, Jeng. Selamat nunggu jemputan sendirian mblo,”
kataku sambil melambaikan tangan lalu pergi kearah mobil jemputanku.
“Pak,
aku ke toko buku aja,” kataku pada supir jemputan. Mobil pun meluncur kearah toko
buku yang aku tuju.
***
Aku
memasuki toko buku, sendirian dengan seragam putih biru dan tas ransel cokelat
yang aku bawa. Aku mencari novel yang membuatku niat pergi ke toko buku. Ya,
buku ini sudah aku incar sejak sebelum unas.
Setelah
aku mendapatkan buku yang aku cari, aku
memutuskan melihat-lihat buku dibagian ‘new
release’. Mendadak mataku tertuju pada buku bersampul putih dengan
ilustrasi jalan raya pada sampulnya. Aku membaca judulnya, aku mengambil buku
itu dan memutuskan untuk membaca bagian belakang buku. Aku tersenyum lagi, buku
tentang LDR ini membuatku mengingat Noval lagi.
Aku
menuju kasir dengan membawa 3 buku. 2 buku yang sudah aku incar sejak lama dan 1
buku yang tidak sengaja aku tertarik dengannya. Aku masih mengingat Noval,
tentang semua kejadian yang pernah aku alami bersamanya.
“Totalnya
140.500 mbak,” kata mas kasir, membuyarkan lamunanku. Aku memberikan uang 150.000. “Ini mbak kembaliannya, 9.500 ya.
Makasih mbak,” mas kasir itu memberikan selembar uang 5 ribu, 2 lembar uang 2
ribuan dan 1 koin logam bertuliskan angka 500. “Sama-sama mas,” jawabku, lalu meninggalkan
toko buku itu.
Siang
ini sangat terik. Aku menunggu angkot di perempatan dekat toko buku tadi. Tak
lama angkot berwarna kuning yang aku tunggu daritadi datang. Aku masuk dan
duduk didekat pintu. Aku memangku
kantong plastik berisi 3 buku itu sambil menatap keluar angkot. Pikiranku
kembali tidak karuan. Aku menatap buku bersampul putih itu lagi, kenapa gue bisa beli buku ini? Harusnya gue
lupain dia, sedangkan buku ini bikin inget sama dia pikirku. Lalu aku
menatap keluar jendela lagi.
“Mbak
mau turun dimana?” tanya supir angkot. Suasanya angkot hening. Memang, pada
saat itu tinggal aku penumpang satu-satunya yang belum turun. “Mbak mbak, mau
turun dimana?” ulang supir angkot itu lagi, kali ini beliau berhasil
membuyarkan lamunanku.
“Eh iya
pak? Perempatan lampu merah depan ya pak,” kataku.
***
Malam ini
aku tidak bisa tidur. Aku memutuskan untuk membaca buku bersampul putih itu. Halaman demi halaman aku baca dengan benar. Tiba-tiba
handphoneku berbunyi, ada BBM. Ternyata dari Noval. “Dhis, bantuin gue dong.
Gimana caranya biar cewek peka?” tanya Noval. Aku terdiam. Jadi sekarang Noval
sudah punya yang baru sedangkan aku masih belum bisa moveon dari dia? Tidak
adil. “Cowo kok main kode-kodean, frontal dong. Langsung tembak,” balasku.
Dadaku terasa sesak, air mataku menetes. Lalu Noval hanya membaca balasan dariku. Aku
membuka laptop dan berniat untuk blogging.
Lalu aku menulis sebuah curhatan kecil tanpa judul. Dengan berharap Noval membaca postinganku kali ini
dan dia mengerti.
Buat lo yang masih betah nongkrong dipikiran gue.
Tau
ga sampe sekarang gue masih ngestuck di lo. Males rasanya moveon dari lo. Gue nyaman
sama lo. Tau kok gue bukan siapa-siapa gue lagi, tapi gue seneng lo masih
BBM-in gue. Kadang gue bener-bener pengen moveon dari lo, tapi selalu aja ada
sesuatu yang bikin gue keinget sama lo terus. Dan akhirnya gue nyerah sama
perasaan gue kali ini. Gue bakal biarin sampe ada orang yang bener-bener bisa
bikin gue lupa sama lo. Entah itu besok, lusa, tahun depan atau bahkan 5 tahun
lagi. Seenggaknya kita masih komunikasi kayak gini terus, gue udah seneng kok.
Terimakasih buat semua kenangannya.
Aku menekan tombol ‘Publish’
dan menutup laptopku. Sudah pukul 11 malam, waktunya untuk tidur. Semoga Noval
membaca apa yang aku tulis. Ya, semoga.
No comments:
Post a Comment