Wednesday, January 2, 2013

End


“Kita udah gak bisa lagi. Kalo dipaksa, kasian kamunya. Aku gak mau nyakitin kamu.”

Cinta memang membuat semua orang bahagia. Tapi setelah cinta itu pergi, orang akan berpikir jika cinta itu menyakitkan. Sebagian orang juga berpikir kalau cinta hanya manis diawal, namun berakhir pahit.
Cinta juga tidak bisa dipaksa. Jika dipaksa, akan menyakitkan. Maka dari itu, aku terima saja apa keputusan dia.
Kadang, aku belum mengerti apa definisi sebenarnya untuk cinta.
***
                Aku masih ingat waktu itu. Malam itu hujan turun. Udara menjadi dingin namun aku tetap duduk di balkon sambil menyeruput coklat panasku. Aku masih menunggu sebuah pesan dari seseorang. Seharian ini dia belum mengirimkan satu pesan pun untukku.
                Leo namanya. Mahasiswa ekonomi di salah satu universitas negeri di Surabaya. Dulu kami satu sekolah. Umur kami beda dua tahun.
                Ia kapten tim basket sekolah dulu. Jadi jelas saja, banyak cewek-cewek yang mengidolakannya. Termasuk aku. Aku termasuk cewek yang paling beruntung, aku bisa mendapatkan hatinya tanpa bersusah payah. Karena Leo yang memulai semua ini, Leo yang memulai PDKT kami hingga semua berakhir seperti ini.
***
                3 Oktober 2010, hari itu hari Sabtu. Leo mendadak mengajakku pergi nonton di salah satu mall di Jakarta. Pukul 10 pagi, ia sudah menjemputku dirumah dengan sedan hitamnya. Film dimulai pukul 12 siang, setelah nonton kami menyempatkan waktu untuk makan siang di foodcourt.
                Saat makan siang kami sudah selesai, kami masih memutuskan untuk ngobrol sebentar di foodcourt, “Yas, gue punya penawaran bagus nih buat lo” kata Leo tiba-tiba. Penawaran bagus? Kayak SPG yang lagi promosi aja.
“Penawaran bagus apaan?”
“Lo jadi pacar gue mau ga? Gue udah terlanjur sayang sama lo nih, Yas”
Jadi pacar Leo? Jadi pacar seorang idola di sekolah? Aku tau itu susah. Tapi aku juga sayang sama Leo.
                “Serius gak nih?” tanyaku, biasanya Leo suka bercanda.
                “Serius lah Yas, masa gue nembak cewek bohongan. Suer deh,” jari telunjuk dan tengah tangan kanannya pun terangkat.
                “Gue mau” jawabku singkat. Sejak itu, kami resmi jadian.
                Hubungan kami semakin dekat. Hingga akhirnya, Leo lulus dari SMA dan harus melanjutkan kuliah di Surabaya. Ia jarang ke Jakarta, paling hanya sebulan sekali. Kadang tidak sama sekali. Aku yang sudah kelas 11 juga lebih sering fokus ke pelajaran.
                “Kirana Saraswati, aku kangen sama kamu. Bulan ini aku gak bisa balik ke Jakarta, banyak tugas dari dosen. Job aku juga full disini. Maaf sayang,” sebuah pesan singkat dari Leo malam itu, sehari sebelum kami merayakan anniversary yang ke 16 bulan.
                “Iya sayang, aku ngerti kok. Kamu hubungin aku aja, aku udah seneng. Kamu sih banyak fansnya kalo lagi siaran, makanya deh banyak di pake hehe” balasku, sedikit menghibur dia.
                Leo juga ada kerja sambilan disana, katanya untuk menambah uang jajan dan biar tidak bengong aja di kos-an. Ia bekerja sebagai penyiar di salah satu radio terkenal di Surabaya. Sesekali aku mendengarkannya lewat streaming, cara dia berbicara memang sangat asik. Dan dengar-dengar, ia sudah memiliki banyak fans meskipun baru 2 bulan siaran.
***
                Aku masih duduk di balkon sambil menunggu kabar dari Leo. Seharian ini dia belum mengabariku sama sekali. Hari ini tanggal 28 September 2012. Aku menatap langit, masih mendung. Hujan memang sudah reda dari 15 menit yang lalu. Tapi masih meninggalkan bau yang menenangkan.
                Tiba-tiba hapeku bergetar, ada telepon. Nama ‘Leo Adikusuma’ tertera disitu.
                “Hey Saras” sapanya, singkat. Kenapa dia memanggilku ‘Saras’? biasanya dia memanggilku dengan sapaan ‘sayang’ atau ‘Ayas’.
                “Hey Eyo..kangen nih..” kataku pelan. Perasaanku tidak enak.
                “Ras, gue mau ngomong sesuatu,” katanya diseberang sana. Perasaanku semakin tidak enak.
                “Apa Yo?” tanyaku.
                “Kita udah gak bisa lagi. Kalo dipaksa, kasian kamunya. Aku gak mau nyakitin kamu,” kata Leo. Enggak bisa lagi? Enggak bisa apa?
                “Gue bosen LDR-an Ras, gue capek. LDR itu nyiksa. Mending kita udahan aja,” lanjut Leo.
                Dadaku terasa sesak. Aku masih diam mematung. Tiba-tiba air mataku menetes. ‘SREEET’ aku menyedot ingusku yang mulai keluar.
                “Ras, lo nangis? Maafin gue, Ras. Mungkin cowok-cowok yang ada di deket lo sekarang bisa lebih baik dari gue. Misalnya sahabat lo, Mario. Dia lebih baik dari gue, Ras. Dia bisa gantiin posisi gue jadi pacar lo,” jelas Leo, panjang lebar. Aku masih diam tanpa kata.
                “Ras…”
                “Oh oke. Gue ngerti kok, Yo. Makasih ya Yo buat selama ini. Makasih udah sayang sama gue, makasih udah jaga gue. Mario? Dia gak bakal jadi pacar gue kayaknya hehe,” aku masih terisak.
                “Ras, gue bisa jadi sahabat lo. Asal lo tau Ras, gue pernah denger Mario cerita sama temennya dipinggir lapangan, dia suka sama lo, Ras. Dia sayang sama lo. Gue tau dia lebih baik dari gue, Ras” kata Leo, meyakinkanku lagi.
                “Liat aja nanti kelanjutannya. Cerita hidup gue gak bisa diprediksi kayak cerita-cerita ftv yang basi Yo, yang semuanya happy ending. Hidup punya banyak rahasia”
                “Yaudah deh, sekali lagi maafin gue ya Ras. Don’t cry, gue selalu ada buat lo kok. Tapi status kita udah beda. Bye Ras, tidur sana. Jangan begadang,” kata-kata Leo membuatku semakin menangis.
                “Oke bos Leo. Bye” kataku.
***
                Dalam hubungan itu ada 2 sayang. Jika salah satu sayang itu hilang, hubungan itu akan menyakitkan bagi salah satu pihak.
Rasa sayang itu juga tidak bisa dipaksakan.
                Leo Adikusuma, aku masih sayang sama kamu. Harusnya hari ini kita anniversary yang ke 2 tahun. Happy failed anniversary

No comments: