Friday, September 12, 2014

Back

            “Halo?” sapanya di seberang sana. Aku masih terdiam. Banyak hal yang ingin ku katakan, tapi mulutku masih menutup rapat.
            “Kei? Are you okay?” dia bertanya lagi. Air mataku menetes.
            Dia mendengar tangisanku, “don’t cry. Tell me, what happened?”
            “I’m tired, of everything,” akhirnya mulutku terbuka.
            “What you want?” ia bertanya lagi.
            “You. I need you here, Dam,” aku terisak. Aku tidak mendengar apa yang ia katakan padaku diseberang sana.
            “I’ll be there on Friday. Okay? I promise,” Adam meyakinkanku.
Kami sudah berpisah selama hampir 9 bulan, tapi hubungan kami masih baik. Alasan kami berpisah pada waktu itu adalah, ia akan fokus dengan ujian akhirnya. Memang, itu alasan terlalu basi.
            Sekarang, ia kuliah di salah satu kampus ternama di Bandung. Namun kami masih berhubungan baik. Sebagai adik-kakak.
***
            Kami sudah duduk di meja dekat jendela di salah satu cafĂ© selama setengah jam. Aku sudah menceritakan banyak hal.
            “I’m feeling empty, Dam. Feel nothing,” kataku melanjutkan. Aku sama sekali tidak menangis di hadapannya. Sejak dulu, aku memang tidak pernah menangis di depannya.
            “Kei, I wanna tell you something,” aku menatap Adam. Matanya yang tajam dan senyumnya yang tegas selalu berhasil membuatku jatuh cinta lagi padanya.
            “Apa?” tanyaku, masih menatapnya.
            “Can we back?” katanya. Aku menatapnya lebih dalam lagi. Melihat apakah ada kebohongan di dalamnya.
            “Aku serius, Kei,” Adam melanjutkan kata-katanya. Mungkin ia tau apa pertanyaan dalam pikiranku.
            “Long distance relationship?” aku bertanya. Aku selalu ragu dengan hubungan jarak jauh.
            “I’ll trust you, please trust me. I love you and I’ll never leave you alone,” Adam terus meyakinkanku.
            “But you’ll leave me.  Kamu engga bakal ada di samping aku terus, Dam. Kita bakal LDR,” jelasku.
            “Tapi aku bakal ada waktu kamu butuh aku, Kei. Waktu kamu down, waktu kamu stress, waktu kamu capek, aku bakal ada buat kamu kapanpun kamu butuh aku,” Adam masih berusaha meyakinkanku. Aku yang masih menyimpan perasaan kepada Adam masih terus berfikir.

            “Dam, we can back. I still love you 'till now even when we broke up,” aku menatap Adam lalu tersenyum. Adam juga menatapku dengan tatapan yang selama ini aku rindukan saat ia jauh. Dan kami kembali.