Aku
rasa aku jatuh cinta lagi. Ceritanya sama. Namun kali ini, aku sudah mengenali
suaranya. Awalnya aku tidak tau kalau ini cinta. Tapi saat dia pertamakali
meneleponku, aku langsung jatuh cinta pada suaranya.
Dia
perfect bagiku. Dia cowok yang taat, pintar, dewasa, humoris, dan perhatian.
Awalnya aku biasa saja karena aku sudah menganggapnya sebagai kakakku sendiri.
Kami berdua juga sering curhat tentang masalah apapun.
***
Siang
itu sedang libur semester sekolah. Amat membosankan karena aku tidak ada
kegiatan apapun selain berbaring di tempat tidur, membaca novel, bermain
handphone, dan mendengarkan lagu. Aku memutuskan untuk keluar kamar untuk
sholat dan makan siang. Tidak seperti biasanya, kali ini aku meninggalkan
handphoneku di tempat tidur.
Setelah
aku kembali dan mengecek handphoneku, ada 2 missedcall dari dia. Lalu aku
mengirim chat padanya.
“Ada
apa?” tanyaku. Karena baru pertama kali ini dia meneleponku.
“Temenin
aku ya?” tanpa sempat aku membalasnya, ia sudah meneleponku via instant
messaging yang punya berbagai macam sticker lucu berbentuk beruang dan kelinci
itu. Awalnya aku ragu mengangkatnya. Akhirnya aku membuat alasan “Ada adek gue,”
kataku. Padahal saat itu aku sedang sendirian di kamar. Aku terlalu gugup.
“Terus
kenapa kalo ada adek lo?” ia lalu meneleponku lagi. Kali ini aku memberanikan
diri untuk mengangkatnya.
“Halo?”
sapanya diseberang sana.
“Apaan
kak?” aku masih gugup. Tuhan, aku suka suaranya. Suaranya indah sekali.
“Temenin
gue. Gue sendirian di kelas,” katanya.
“Di
kelas? Ngapain? Bukannya lagi libur ya?”
“Gue
kan kelas 12. Ini lagi pemotretan buat yearbook,”
“Ooh”
aku bingung mau menjawab apa, aku masih gugup. Jantungku berdebar lebih cepat
dari biasanya.
“Oh
doang nih? Yah nyesel nih gue nelfon lo,” nada kekecewaan terdengar dari
seberang sana. “Lo adek paling jahat deh,”
“Ih gue
adek paling baik sedunia tau,” aku mulai sedikit tenang.
Kami
pun saling bercanda dan membicarakan hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu
penting. Setelah 5 menit, telfon pun terputus.
***
Tidak lama,
handphoneku bergetar. Ada chat yang dibarengi dengan telepon dari dia.
“Halo? Sorry
tadi wifi tiba-tiba mati,” katanya.
“Oke,
no prob,” kami pun melanjutkan pembicaraan yang sempat terputus tadi.
15
menit setelah kami berbincang-bincang hal-hal yang tidak terlalu penting,
“Eh
temen gue udah dateng. Thanks ya dek,” katanya.
“My
pleasure kak,” aku menjawabnya dengan bibir tersenyum bahagia.
“Nice
to hear your voice. Kapan-kapan lagi yaa,”
“Siap! Gue
tunggu,” kataku. Lalu ia mematikan teleponnya.
Jantungku
masih sama seperti tadi. Detaknya menjadi lebih cepat dari biasanya. Bibirku
terus tersenyum hingga pipiku terasa pegal. Tapi aku senang. Aku senang
mendengar suaranya. Dan aku rasa aku jatuh cinta lagi setelah setahun
belakangan ini aku malas jatuh cinta karena masa lalu. Aku senang dia
menganggapku seorang adik. Buatku, itu sudah lebih dari cukup. Aku senang bisa
mengenalnya.