Thursday, March 21, 2013

Sejarah dan Flashback


                Selesai sudah ujian praktek yang  membuatku pusing setengah mati. Kelas 3 ini sangat membuatku pusing. Pikiranku lelah dengan semua pelajaran yang dipaksa masuk ke dalam otakku. Tidak, tidak hanya pelajaran saja. Hidup bukan hanya belajar materi-materi disekolah, tapi banyak permasalahan diluar sekolah, salah satunya hati.
***
                Malam ini aku memutuskan untuk belajar sejarah. Ya, aku harus belajar sejarah ini sungguh-sungguh. Selain minggu depan sudah ujian sekolah, guru sejarah yang mengajar di kelasku tidak pernah menenrangkan soal pelajaran. Beliau hanya suka menceritakan hal yang sama yang membuat seisi kelas bosan, seperti perjalanan hidupnya yang menyenangkan.
                Aku mengambil buku paket sejarahku. Melihat sampul bukunya saja sudah bosan. Aku membuka daftar isi, mencari materi apa yang kurang atau bahkan belum aku kuasai sama sekali. Aku rasa semuanya belum sepenuhnya aku kuasai. Sehingga aku membacanya dari bab pertama. Sambil belajar aku mendengarkan lagu dari iPodku agar tidak bosan.
***
                3 Bab sudah ku baca. Aku mulai mengantuk dengan buku yang 85% berisi tulisan cerita masa lalu. Aku mengambil handphoneku. Tidak ada apa apa. Aku bingung.
Aku memindahkan earphone dari iPod ke handphoneku. Lalu aku memencet options shuffle songs.
                Aku memutuskan membuka SMS ku, meskipun tidak ada satupun SMS yang masuk. Jariku tergerak kebawah, menuju SMS paling lama yang masih ku simpan. Disitu tertera nama “Pradito”. Ya, panggil saja dia Dito.
                Dito. Ia sempat membuat hari-hariku menyenangkan, meskipun hanya beberapa  bulan. Ia adalah masa lalu ku.
                SMS dari Dito adalah SMS terbanyak yang masih ada di handphoneku. Aku membacanya dari atas, “Hai” sapanya. SMS itu adalah SMS pertama yang Dito kirim untukku setelah mendapatkan nomorku. Playlistku masih terputar, jariku masih menggerakkan trackpad kebawah, mataku masih jeli membaca setiap SMS dari Dito, pikiranku masih melayang ke masa-masa itu, dan tak lama hatiku terasa sesak.
Sampai di SMS pada tanggal 17 Oktober pada pukul 22.23 malam.
“Fik, udah tidur belum?” tanyanya.
“Belum kak, kenapa?”
“Nembak cewe malem gini pantes gak sih?”
“Pantes sih, biar pas itu cewe bangun terus baca sms dari lo, dia langsung senyam-senyum kayak orang gila gitu.” Kataku.
“Ceweknya belum tidur tau.”
“Nah bagus dong, biar itu cewenya bisa mimpi indah.”
“Bener nih? Yaudah, mau gak lo jadi pacar gue?”
Sampai di SMS ini, dadaku terasa semakin sesak. Namun bibirku tersenyum. Pada saat itu aku menjawab “Loh? Nembak gue? Emmm mau kak” dan mulai saat itu, kami resmi jadian.
***
                Jariku masih menggerakkan trackpad. Lagu yang terputar semakin tidak karuan galaunya. Sampai di SMS pada  tanggal 8 Januari. Aku menghela napas panjang, menyiapkan hatiku. Pada saat itu sekitar pukul 9 malam. Sejak pagi, aku sudah berantem dengan Dito. Sebenarnya hanya masalah sepele.
                “Terus mau lo apa? Putus?” tanyaku yang waktu itu benar-benar emosi.
                “Iya udahlah, kita putus aja. Capek.” Jawab Dito.
                “Oh oke. Terimakasih buat semuanya.”
                “Thanks too.”
Sejak itu hubungan kami berakhir. SMS terakhir dari Dito pada saat aku berulang tahun sebulan yang lalu.

***

                Playlist di handphoneku masih terus berjalan. Lagu Beautiful Goodbye dari Maroon5 terputar. Oh tidak, aku tidak boleh nangis. Aku belum selesai belajar sejarah untuk ujian sekolah minggu depan. Ya, pelajaran sejaran mengajarkanku tentang masa lalu, masa lalu yang tidak boleh ditinggalkan dan terus diingat.

3 comments:

Ruri said...

Masa lalu adalah sejarah. Sepahit apapun takkan bisa terlupakan. Kita harus mengingatnya sebagai pelajaran yg akan mendukung proses perbaikan diri kita dimasa datang. So..nikmatilah. Mungkin saat ini dgn air mata. Tapi percayalah..suatu saat,kita akan mengenang semuanya dengan senyuman. Yaitu saat, kita sadar betapa indah rencanaNYA untuk hidup kita. Tulisanmu baguuuuuus deh,say. Tetep semangat yaa...#peluk :D

Amanda Elvira Asha said...

Terimakasih tante:))

Fadlilah Achmad Falevi said...

Eh look, a ButterFly ' 3'