Aku tau
kamu bohong. Dan bodohnya aku mempercayaimu 9 bulan ini. Lebih bodohnya lagi,
aku juga mencintaimu selama 9 bulan ini. Aku mencintai segala tentangmu,
termasuk kebohonganmu. Aku tidak tau apakah aku akan tetap mencintaimu meskipun
hari ini semuanya sudah terungkap. Meskipun aku sudah tau siapa kamu
sebenarnya.
***
Sore
ini sama seperti sore-sore biasanya. Aku dan Gilang membicarakan obrolan yang
sebenarnya tidak penting melalui voice call LINE. Kami berteman. Ya, hanya
teman yang dipisahkan oleh jarak. Aku di Indonesia dan dia orang Indonesia yang
pindah di salah satu Negara tetangga. Dia tidak tau perasaan ku padanya selama
ini, selama 9 bulan ini.
“Feb
gue mandi dulu ye, sambung ntar malem aja,” kata Gilang.
“Oke,”
aku mengakhiri pembicaraan lalu menutup telfon.
Aku mengambil remote tv lalu mencari acara bagus untuk di
tonton. Ah tidak ada yang bagus, semuanya membosankan.
Aku memutuskan mengambil
handphoneku lagi. Ternyata ada notification dari Twitter. Followers baru. “Fllwbck?”
katanya. Aku menuju profilnya lalu memencet tombol follow, Saski namanya. “Fllwd
ya, intro?” aku membalas mentionnya dan bertanya. Perasaanku tidak enak.
“Saski,
Bandung. Bisa cek dm?” pinta Saski, lalu ada notification direct message di
hapeku.
“Sorry,
gue sok kenal sama lo, tapi ini penting. Lo kenal Gilang Herlangga?” tanya
Saski.
“Iya
kenal, kenapa ya?” aku semakin penasaran.
“Foto-foto
yang Gilang pake itu foto pacar gue, Dika. Pacar gue lagi sekolah di Singapura.
Gilang itu fake, Feb. Cek aja twitter pacar gue, usernamenya ada di bio gue. Gue
belum tau aslinya dia siapa dan gimana,” Deg!
Apakah aku harus percaya sama orang baru ini?
“Serius
Sas?” tanyaku.
“Iya
Feb. Lo mau ngomong sama pacar gue? Tolong skak
dia ya. Dulu gue pernah juga, tapi dia tetep gitu,” Screencaptured! Aku langsung mengirimkan pesan ke Gilang, “Lang, gue mau nanya”.
“Gue
coba Sas. Makasih ya infonya,” kataku. Mataku terasa panas dan dadaku sesak.
Aku menangis.
***
Sudah
satu jam yang lalu aku mengirimkan pesan itu tapi belum ada balasan. Aku
semakin penasaran. Dan sejak aku tau
kalau dia fake, aku langsung curhat pada sahabatku, Vidya.
“Udah
tau jeleknya kan Feb? Yaudah sekarang tinggal lonya aja mau masih percaya apa
engga sama Gilang. Tapi buktinya udah jelas Feb,” katanya.
“Oke
gue percaya sama Saski. Tapi kan gue suka ga cuman dari facenya doang Vid,
sifatnya yang baik itu bikin gue suka sama dia,” kataku sambil terisak, suaraku
menjadi terputus-putus.
“Dia
baik? Udah bohongin lo selama ini? Udah gantungin lo? Udah nge-friendzone-in lo? Lo bilang baik Feb?
Moveon Feb. Liat itu, Rangga nungguin lo,” Rangga, kakak kelas yang sejak MOS
sudah dekat denganku.
“Gue
coba deh Vid, makasih yaa” kataku. Lalu mengakhiri pembicaraan.
Tiba-tiba led hijau di hapeku menyala, ada LINE. Semoga
Gilang. “Apa?” tanyanya. Lalu aku menanyakan soal Dika. “Itu siapa?” sepertinya
ia pura-pura tidak tau.
“Lang jujur
aja, gue gabakal marah kok. Gue gabakal jauhin lo, gue bakal tetep jadi temen
lo,” aku berusaha mendesaknya agar ia jujur, agar semuanya terungkap.
“Gatau
Feb, gue gakenal,” lagi-lagi Gilang berbohong. Aku sudah menyerah. Aku
mengirimkan screencapture yang tadi
sempat aku ambil. Gilang hanya membaca pesanku tanpa membalasnya.
“Lang,
mending jadi diri lo sendiri deh. Orang ga nilai lo dari covernya doang, tapi
sifatnya juga,” lagi lagi pesanku tidak dibalas. Ini pembicaraan terakhir kami.
***
Aku
sudah bisa melupakan Gilang. Tidak, tidak semuanya. Rasa sakit hati masih ada.
Tapi, yasudahlah lupakan saja. Mungkin dia sedang asik mencari orang untuk
dibohongi lagi. Toh bukan dia satu-satunya teman laki-laki yang aku punya,
masih ada Rangga yang lebih baik dari Gilang.