Friday, August 16, 2013

Liar

Aku tau kamu bohong. Dan bodohnya aku mempercayaimu 9 bulan ini. Lebih bodohnya lagi, aku juga mencintaimu selama 9 bulan ini. Aku mencintai segala tentangmu, termasuk kebohonganmu. Aku tidak tau apakah aku akan tetap mencintaimu meskipun hari ini semuanya sudah terungkap. Meskipun aku sudah tau siapa kamu sebenarnya.
***
                Sore ini sama seperti sore-sore biasanya. Aku dan Gilang membicarakan obrolan yang sebenarnya tidak penting melalui voice call LINE. Kami berteman. Ya, hanya teman yang dipisahkan oleh jarak. Aku di Indonesia dan dia orang Indonesia yang pindah di salah satu Negara tetangga. Dia tidak tau perasaan ku padanya selama ini, selama 9 bulan ini.
                “Feb gue mandi dulu ye, sambung ntar malem aja,” kata Gilang.
                “Oke,” aku mengakhiri pembicaraan lalu menutup telfon.
Aku mengambil remote tv lalu mencari acara bagus untuk di tonton. Ah tidak ada yang bagus, semuanya membosankan.
Aku memutuskan mengambil handphoneku lagi. Ternyata ada notification dari Twitter. Followers baru. “Fllwbck?” katanya. Aku menuju profilnya lalu memencet tombol follow, Saski namanya. “Fllwd ya, intro?” aku membalas mentionnya dan bertanya. Perasaanku tidak enak.
                “Saski, Bandung. Bisa cek dm?” pinta Saski, lalu ada notification direct message di hapeku.
                “Sorry, gue sok kenal sama lo, tapi ini penting. Lo kenal Gilang Herlangga?” tanya Saski.
                “Iya kenal, kenapa ya?” aku semakin penasaran.
                “Foto-foto yang Gilang pake itu foto pacar gue, Dika. Pacar gue lagi sekolah di Singapura. Gilang itu fake, Feb. Cek aja twitter pacar gue, usernamenya ada di bio gue. Gue belum tau aslinya dia siapa dan gimana,” Deg! Apakah aku harus percaya sama orang baru ini?
                “Serius Sas?” tanyaku.
                “Iya Feb. Lo mau ngomong sama pacar gue? Tolong skak dia ya. Dulu gue pernah juga, tapi dia tetep gitu,” Screencaptured! Aku langsung mengirimkan pesan ke Gilang, “Lang, gue mau nanya”.
                “Gue coba Sas. Makasih ya infonya,” kataku. Mataku terasa panas dan dadaku sesak. Aku menangis.
***
                Sudah satu jam yang lalu aku mengirimkan pesan itu tapi belum ada balasan. Aku semakin penasaran.  Dan sejak aku tau kalau dia fake, aku langsung curhat pada sahabatku, Vidya.
                “Udah tau jeleknya kan Feb? Yaudah sekarang tinggal lonya aja mau masih percaya apa engga sama Gilang. Tapi buktinya udah jelas Feb,” katanya.
                “Oke gue percaya sama Saski. Tapi kan gue suka ga cuman dari facenya doang Vid, sifatnya yang baik itu bikin gue suka sama dia,” kataku sambil terisak, suaraku menjadi terputus-putus.
                “Dia baik? Udah bohongin lo selama ini? Udah gantungin lo? Udah nge-friendzone-in lo? Lo bilang baik Feb? Moveon Feb. Liat itu, Rangga nungguin lo,” Rangga, kakak kelas yang sejak MOS sudah dekat denganku.
                “Gue coba deh Vid, makasih yaa” kataku. Lalu mengakhiri pembicaraan.
Tiba-tiba led hijau di hapeku menyala, ada LINE. Semoga Gilang. “Apa?” tanyanya. Lalu aku menanyakan soal Dika. “Itu siapa?” sepertinya ia pura-pura tidak tau.
                “Lang jujur aja, gue gabakal marah kok. Gue gabakal jauhin lo, gue bakal tetep jadi temen lo,” aku berusaha mendesaknya agar ia jujur, agar semuanya terungkap.
                “Gatau Feb, gue gakenal,” lagi-lagi Gilang berbohong. Aku sudah menyerah. Aku mengirimkan screencapture yang tadi sempat aku ambil. Gilang hanya membaca pesanku tanpa membalasnya.
                “Lang, mending jadi diri lo sendiri deh. Orang ga nilai lo dari covernya doang, tapi sifatnya juga,” lagi lagi pesanku tidak dibalas. Ini pembicaraan terakhir kami.
***
                Aku sudah bisa melupakan Gilang. Tidak, tidak semuanya. Rasa sakit hati masih ada. Tapi, yasudahlah lupakan saja. Mungkin dia sedang asik mencari orang untuk dibohongi lagi. Toh bukan dia satu-satunya teman laki-laki yang aku punya, masih ada Rangga yang lebih baik dari Gilang.